Saturday, May 6, 2017

Sambil Menyelam, Mulung Sampah di Laut! (Part 1/2)



Sebenernya saya bingung, karena tema #1minggu1cerita minggu ini adalah “RINDU,” tapi kan saya gak bakat banget posting yang puitis-puitis manis gitu ya (kecuali kalau #importedfromsecret lagi bikin lirik atau puisi sih). Lebih bingung lagi, sebenarnya saya lagi girang dan pengen nulis kegiatan seru yang barusan saya ikuti, yaitu acara (yang katanya diinisiasi) Kemenko Maritim untuk memperingati Hari Bumi 2017: Underwater Clean-up Kepulauan Seribu. Bahasa kampungnya, mulung sambil nyelem.

Jadi, apa hubungannya kegiatan mulung bawah air ini dengan rindu ya? Karena sebaiknya saya hubung-hubungkan, jadi saya simpulkan aja deh bahwa sepertinya saya lagi rindu kegiatan-kegiatan volunteering berbasis komunitas seperti ini. Ketemu teman-teman baru yang seru, dapat cerita-cerita yang menginspirasi, dan belajar hal-hal baru! Belum lagi kalau ngomongin kepuasan batin! Kurang seru apa coba?

Foto drone lokasi acara di Pulau Karya. Photo: Rendy
Nah, kebetulan lagi, udah cukup lama nih saya nggak mengikuti kegiatan volunteering. Lalu suatu hari saya dengarlah perihal kegiatan mulung sambil nyelem ini. Saya tahu dari dua sumber: pertama, teman yang baru saya kenal dari acara YSEALI, Gene; kedua, di saat yang bersamaan dari teman di grup Whatssap geng persampahan #TolakBakarSampah, Sonia. Intinya, siapapun sumbernya, saya tahu ini dari Whatssap berantai. Yuk kita intip penyelenggaraan kegiatan ini!

Pendaftaran!
Waktu daftar, sempat ketar-ketir karena saya mendaftar secara pribadi, sementara dalam pesan berantai disyaratkan pendaftaran lewat dive center. Sayangnya, dive center saya, Java Scuba, tidak mengikuti kegiatan ini. Untung saja PJ Pendaftaran yang saya hubungi, Firli, sangat akomodatif. Tanpa kesulitan, saya diminta mengirim nomor KTP dan sertifikat selam saja. Formulir liability release akan disediakan oleh panitia di titik kumpul. Horeeee!



Briefing peserta di KM Mitra Utama
Persiapan alat
Sebagaimana ketentuan yang disampaikan, panitia akan menyiapkan tanki dan pemberat, sementara alat lainnya (BCD, regulator, fin, mask) harus dibawa sendiri oleh peserta. Kebetulan, sobat kecilku si Budi kecil duduk menggigil sedang jalan-jalan ke Nepal, dan menitipkan (sembari menghibahkan sementara) seperangkat alat diving kepada saya. Yeay! Di malam hari H-1 saya baru menyadari bahwa BCD dalam seperangkat alat Budi entah di mana. Maka paniklah saya menghubungi CP yang diberikan panitia jam 9 malam, yang bernama Pak Rahmat (Ody Dive, 085715649956). Untungnya Pak Rahmat menyanggupi “membantu,” walaupun belum mengkonfirmasi pasti ada. Sampai besoknya, berdasarkan wejangan instruktur kami, Bang Ricky Colo, barulah saya meminta Pak Rahmat untuk memastikan barang sewaan saya, sebuah BCD, tersedia. Harganya murah lho, Rp 60.000,- saja per hari untuk BCD, kalau satu set (BCD, regulator, fin, mask, pemberat) hanya Rp 215.000,- Walaupun dengan sedikit ketidakpastian dan koordinasi yang agak alot (jadi ceritanya Pak Rahmat ini agak sulit ditelepon), akhirnya saya mendapatkan BCD saya di hari Jum’at, lalu saya kembalikan hari Sabtu. Tapi Pak Rahmat menghitungnya sehari (Rp 60.000,-), lho, padahal Jum’atnya saya pakai diving juga! Hoki memang tak pernah bohong ya.

Lokasi mulung
Lokasi mulung ada di beberapa titik: Pulau Pramuka, Pulau Karya dan Pulau Panggang. Kayaknya ada juga yang di Pulau Harapan sih, tapi nggak tahu jadi atau nggak. Untuk penginapan, disediakan Kemenko Maritim di Pulau Karya (yang katanya horor itu), dengan satu kamar menampung 4 (empat) orang. Menurut Mba Cherry, PIC dari Kemenko Maritim, air kran di Pulau Karya bisa langsung diminum. Saya minum beneran dong! Eh, ternyata nggak ada yang mempercayai beliau, dan kayaknya nggak satupun orang selain saya yang minum langsung air itu. Hahahaha. Anyway, kamar teman-teman juga ada yang AC-nya mati. Alhasil, kamar yang harusnya diisi 4 (empat) jadi diisi 6 (enam) deeeh. Nggak apa-apa sih, anget (soalnya AC dingin, tapi ngga ada selimut huhu).

Pusaran sampah dalam perjalanan kami ke Pulau Pramuka. Photo by: Rendy



Plastik-plastik menyambut kedatangan kami di P. Pramuka

Transportasi
Sebenarnya antara oke dan nggak nih transportasinya. Okenya, karena gratis, ditanggung penuh sama Kemenko Maritim. Nggak okenya, kami naik kapal yang nggak jelas dan diganti-ganti sampai H-1. Kapal kedua bahkan kelihatan horor banget pas dicek identitasnya. Kapal ketiga yang akhirnya kami gunakan, KM Mitra Utama, adalah kapal navigasi yang bergerak dengan kecepatan 7-8 knot. Ini lambaaaaat banget, kayak sloth deh geraknya slow motion. Terus, ngga ada ruangan indoor, jadi sepanjang perjalanan kami nongkrong di lantai-lantai luar kapal. Untung banget ya panas. Alhasil tangan saya belang sih, kejemur matahari 4-5 jam. Kami berangkat jam 9 pagi, tapi baru sampai di Pulau Pramuka jam 3 sore. Karena saya dan beberapa teman perlu mengkoordinasikan alat di P. Pramuka, saya sendiri baru sampai di P. Karya jam 4.45 sore.


Acara (1/2)
Nah, untuk acaranya sendiri, seru banget sih sebenarnya! Pengambilan sampah di bawah laut dilakukan dalam satu kali penyelaman saja. Mungkin karena grup saya open water semua, instruktur kami terus menerus menekankan pentingnya keamanan penyelaman di atas pemulungan sampah. Misi utama kami adalah menjaga keselamatan kami sendiri; sampah itu nomor dua. Deg-degan juga kan, apalagi saya belum pernah memulung sampah.

Tapi, kalau
ngomongin acara, nggak lengkap dong ya kalau di tulisan pendek begitu. Banyak deh yang bisa diceritain! Mulai dari teknik ngambil, bawa kantongnya, sampah yang umum ditemui, hasil mulung, sampai pemilahan. Saya akan lanjutkan di tulisan selanjutnya, ya! Jangan sampai ketinggalan!