Sebenernya saya bingung, karena tema #1minggu1cerita minggu
ini adalah “RINDU,” tapi kan saya gak bakat banget posting yang puitis-puitis
manis gitu ya (kecuali kalau #importedfromsecret lagi bikin lirik atau puisi
sih). Lebih bingung lagi, sebenarnya saya lagi girang dan pengen nulis kegiatan
seru yang barusan saya ikuti, yaitu acara (yang katanya diinisiasi)
Kemenko Maritim untuk memperingati Hari Bumi 2017: Underwater Clean-up Kepulauan Seribu. Bahasa kampungnya, mulung
sambil nyelem.
Jadi, apa hubungannya kegiatan mulung bawah air ini dengan
rindu ya? Karena sebaiknya saya hubung-hubungkan, jadi saya simpulkan aja deh
bahwa sepertinya saya lagi rindu kegiatan-kegiatan volunteering berbasis komunitas seperti ini. Ketemu teman-teman
baru yang seru, dapat cerita-cerita yang menginspirasi, dan belajar hal-hal
baru! Belum lagi kalau ngomongin kepuasan batin! Kurang seru apa coba?
Foto drone lokasi acara di Pulau Karya. Photo: Rendy |
Nah, kebetulan lagi, udah cukup lama nih saya nggak
mengikuti kegiatan volunteering. Lalu
suatu hari saya dengarlah perihal kegiatan mulung sambil nyelem ini. Saya tahu
dari dua sumber: pertama, teman yang baru saya kenal dari acara YSEALI, Gene; kedua,
di saat yang bersamaan dari teman di grup Whatssap geng persampahan
#TolakBakarSampah, Sonia. Intinya, siapapun sumbernya, saya tahu ini dari
Whatssap berantai. Yuk kita intip penyelenggaraan kegiatan ini!
Pendaftaran!
Waktu daftar, sempat ketar-ketir karena saya mendaftar
secara pribadi, sementara dalam pesan berantai disyaratkan pendaftaran lewat dive center. Sayangnya, dive center saya, Java Scuba, tidak
mengikuti kegiatan ini. Untung saja PJ Pendaftaran yang saya hubungi, Firli,
sangat akomodatif. Tanpa kesulitan, saya diminta mengirim nomor KTP dan
sertifikat selam saja. Formulir liability
release akan disediakan oleh panitia di titik kumpul. Horeeee!
Sebagaimana ketentuan yang disampaikan, panitia akan
menyiapkan tanki dan pemberat, sementara alat lainnya (BCD, regulator, fin,
mask) harus dibawa sendiri oleh peserta. Kebetulan, sobat kecilku si Budi kecil
duduk menggigil sedang jalan-jalan ke Nepal, dan menitipkan (sembari
menghibahkan sementara) seperangkat alat diving
kepada saya. Yeay! Di malam hari H-1 saya baru menyadari bahwa BCD dalam
seperangkat alat Budi entah di mana. Maka paniklah saya menghubungi CP yang
diberikan panitia jam 9 malam, yang bernama Pak Rahmat (Ody Dive, 085715649956).
Untungnya Pak Rahmat menyanggupi “membantu,” walaupun belum mengkonfirmasi
pasti ada. Sampai besoknya, berdasarkan wejangan instruktur kami, Bang Ricky
Colo, barulah saya meminta Pak Rahmat untuk memastikan barang sewaan saya,
sebuah BCD, tersedia. Harganya murah lho, Rp 60.000,- saja per hari untuk BCD,
kalau satu set (BCD, regulator, fin, mask, pemberat) hanya Rp 215.000,-
Walaupun dengan sedikit ketidakpastian dan koordinasi yang agak alot (jadi
ceritanya Pak Rahmat ini agak sulit ditelepon), akhirnya saya mendapatkan BCD
saya di hari Jum’at, lalu saya kembalikan hari Sabtu. Tapi Pak Rahmat
menghitungnya sehari (Rp 60.000,-), lho, padahal Jum’atnya saya pakai diving
juga! Hoki memang tak pernah bohong ya.
Lokasi mulung
Lokasi mulung ada di beberapa titik: Pulau Pramuka, Pulau
Karya dan Pulau Panggang. Kayaknya ada juga yang di Pulau Harapan sih, tapi
nggak tahu jadi atau nggak. Untuk penginapan, disediakan Kemenko Maritim di
Pulau Karya (yang katanya horor itu), dengan satu kamar menampung 4 (empat)
orang. Menurut Mba Cherry, PIC dari Kemenko Maritim, air kran di Pulau Karya
bisa langsung diminum. Saya minum beneran dong! Eh, ternyata nggak ada yang
mempercayai beliau, dan kayaknya nggak satupun orang selain saya yang minum
langsung air itu. Hahahaha. Anyway, kamar teman-teman juga ada yang AC-nya
mati. Alhasil, kamar yang harusnya diisi 4 (empat) jadi diisi 6 (enam) deeeh.
Nggak apa-apa sih, anget (soalnya AC dingin, tapi ngga ada selimut huhu).
Pusaran sampah dalam perjalanan kami ke Pulau Pramuka. Photo by: Rendy |
Transportasi
Sebenarnya antara oke dan nggak nih transportasinya. Okenya,
karena gratis, ditanggung penuh sama Kemenko Maritim. Nggak okenya, kami naik
kapal yang nggak jelas dan diganti-ganti sampai H-1. Kapal kedua bahkan
kelihatan horor banget pas dicek identitasnya. Kapal ketiga yang akhirnya kami
gunakan, KM Mitra Utama, adalah kapal navigasi yang bergerak dengan kecepatan
7-8 knot. Ini lambaaaaat banget, kayak sloth deh geraknya slow motion. Terus, ngga ada ruangan indoor, jadi sepanjang perjalanan kami nongkrong di lantai-lantai
luar kapal. Untung banget ya panas. Alhasil tangan saya belang sih, kejemur
matahari 4-5 jam. Kami berangkat jam 9 pagi, tapi baru sampai di Pulau Pramuka
jam 3 sore. Karena saya dan beberapa teman perlu mengkoordinasikan alat di P.
Pramuka, saya sendiri baru sampai di P. Karya jam 4.45 sore.
Acara (1/2)
Nah, untuk acaranya sendiri, seru banget sih sebenarnya! Pengambilan
sampah di bawah laut dilakukan dalam satu kali penyelaman saja. Mungkin karena
grup saya open water semua,
instruktur kami terus menerus menekankan pentingnya keamanan penyelaman di atas
pemulungan sampah. Misi utama kami adalah menjaga keselamatan kami sendiri;
sampah itu nomor dua. Deg-degan juga kan, apalagi saya belum pernah memulung
sampah.
Tapi, kalau
ngomongin acara, nggak lengkap dong ya kalau di
tulisan pendek begitu. Banyak deh yang bisa diceritain! Mulai dari teknik
ngambil, bawa kantongnya, sampah yang umum ditemui, hasil mulung, sampai
pemilahan. Saya akan lanjutkan di tulisan selanjutnya, ya! Jangan sampai
ketinggalan!
1 comment:
judi online domino
judi poker online terpercaya
agen poker
poker terpercaya
agen poker terpercaya
permainan poker
situs poker online resmi
situs poker online terpercaya
situs judi poker online terpercaya
poker online
situs poker online resmi
poker online uang asli
poker terpercaya
situs poker terpercaya
agen poker terpercaya
Post a Comment