Sunday, April 30, 2017

Tips dari Nanda: Yuk Jadi #KonsumenCerdas Jasa Pesan Antar Ramah Lingkungan!

Mengubah gaya hidup menjadi #ZeroWaste ternyata menyimpan berbagai pengalaman mengasyikkan. Saya sendiri terpaksa memulai gaya hidup ini semenjak memegang kasus uji materiil terhadap sebuah peraturan yang mempercepat pembangunan proyek-proyek insinerator di tujuh daerah. Berawal dari argumen-argumen melawan pembakaran sampah, kelompok ini kemudian memajukan sebuah solusi pengelolaan sampah yang berorientasi meminimalisir timbulan sampah, yang disebut #ZeroWaste. Sebagai anak hukum yang tadinya hanya berstatus tim hukum, saya terjebak ke rentetan perubahan-perubahan personal agar #ZeroWaste dapat terwujud – atau setidaknya lebih banyak dianut banyak individu.

Tulisan ini tidak akan menceritakan pengalaman saya, melainkan pengalaman seorang teman saya yang karena inisiatifnya sendiri mulai membiasakan diri mengubah kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang menimbulkan sampah menjadi #ZeroWaste.

Nanda Sihombing, mantan rekan yang kemudian menjadi salah satu teman saya yang paling gesrek, seorang dara Katab yang sinamotnya bernilai milyaran ratusan juta rupiah (bisa nego). Sebagai puteri Batak sejati, ketika ingin melakukan sesuatu, Nanda akan all out dalam daya upayanya. Tulisan ini didedikasikan sebagai dokumentasi argumen-argumen berharga Nanda sebagai #KonsumenCerdas, yang tidak bisa melepaskan diri dari jasa pengantaran makanan, namun mengoptimalkan posisinya sebagai konsumen untuk menuntut, memprotes dan menyarankan perubahan-perubahan yang berorientasi #ZeroWaste kepada restoran-restoran tempat ia mencari makanan. Sebagaimana kita semua alami, salah satu tantangan Nanda dalam meminimalisir timbulan sampahnya adalah order pesan antar makanan. “Kalau pesan antar, banyak banget sendok plastik dan styrofoam-nya!” ujar Nanda.

Alhasil, Nanda senantiasa meminta kepada provider jasa pesan antar untuk tidak menyertakan sendok plastik dan styrofoam. “Tapi suka khilaf juga kalau lagi lapar dan lupa request,” akunya.

Jika terpaksa memesan makanan yang dibungkus dengan styrofoam, atau baru pertama kali memesan dan ternyata tidak diberikan pilihan no-styrofoam, Nanda akan mengoptimalkan fitur review atau pengulasan yang ada di situs-situs ulasan restoran untuk meminta perusahaan mengubah kebijakan pembungkusan makanannya, yang mana favorit Nanda adalah Zomato. Coba saja klik profil Nanda di Zomato, dan mungkin anda akan menemukan serangkaian komplain Nanda terharap restoran yang boros kemasan atau mengemas makanan secara tidak ramah lingkungan. Setidaknya, satu protes Nanda membuahkan hasil!

“Aku pernah lho di Zomato mengomentari ke restoran, aku bilang kalau pesan antar jangan styrofoam tapi boks kotak kertas biasa saja biar ramah lingkungan. Ternyata ditindaklanjuti!” ujar Nanda girang. Dua minggu setelah ia memasukkan komentarnya, Nanda mengorder makanan lagi, dan ternyata restoran tersebut sudah menggunakan boks kertas. Restoran tersebut adalah sebuah kedai masakan Turki di Kemang yang bernama Warung Turki by Turkuaz.

Tapi, tidak semuanya membuahkan hasil manis. Contohnya, Anomali Coffee, yang menurut Nanda “bisa menjadi pemimpin agen perubahan, mendukung ekonomi lokal dan go green!” Namun, Nanda dikecewakan Anomali karena kebijakan warung kopi tersebut, yang menyajikan kopi dan the dingin dalam plastik, sekalipun untuk minum di tempat. “Aku kan langganan Anomali setiap akhir minggu, ngerjain tugas. Terus aku kirim surel ke managernya, bilang kalau es kopi dan es the mereka itu nggak make sense pakai plastik semua meskipun minum di tempat!” Namun, sayangnya surel Nanda tidak ditanggapi oleh manager Anomali. “Malahan, muka aku dihafal sama semua karyawannya!” canda Nanda sambil tertawa. Nanda menambahkan, meskipun Anomali memiliki promo potongan Rp 5.000,- kalau bawa Tumblr sendiri, potongan tersebut sangat sulit mendapatkan respon untuk pesan antar. “Aku cuma sukses pesan Anomali satu kali dengan Tumblr,” lanjut Nanda.

Cara ini diakui Nanda cukup efektif, dan cukup mudah implementasinya. “Kadang kan pesenan minum aku suka dikasih plastik, tuh. Aku biasanya ngomel. Dengan sedikit ancaman online review biasanya mereka nurut. Kali berikutnya aku datang [pesan], mereka akan menghindari pakai sedotan plastik,” ujarnya. Sehari-hari, Nanda memang menggunakan sedotan stainless steel untuk menggantikan sedotan plastik. “Aku berhenti pakai sedotan plastik setelah lihat video penyu yang hidungnya kena sedotan,” ucapnya sedih.

Selain memanfaatkan fitur ulasan, utamanya Nanda mengoptimalkan penggunaan kotak makanan dan tumblr untuk pembelian makan siang dan jus di sekitar kantornya. “Kalau beli jus aku bawa Tumblr sendiri! Nggak pake sedotan juga. Temen aku pun kalau nitip aku kasih syarat nggak boleh diplastikin,” ujar Nanda. Hal ini, menurutnya, juga merupakan trik, “Karena aku nggak ambilin sedotan plastik, jadi teman-teman nitip ke aku kalau kepepet aja,” ujarnya girang. Selain Tumblr, Nanda juga mengoptimalkan fungsi tempat makanan yang tersedia di kantor untuk memesan makan siang.

Jadi, untuk teman-teman yang tidak bisa melepaskan diri dari jasa pesan antar makanan, cara Nanda ternyata bisa kita coba juga nih. Sebagai #KonsumenCerdas, kita bisa mencoba memanfaatkan fitur ulasan di website, atau seperti Nanda, meminta penyedia jasa untuk meminimalisir praktek-praktek tidak ramah lingkungan dalam pembungkusan makanan. Mencantumkan “jangan pakai styrofoam yaa!” atau “tolong tidak perlu sertakan sendok plastik / sedotan plastik” dalam detail pesanan tidak sulit, kan?

Yuk kita coba jadi #KonsumenCerdas seperti Nanda! Kalau kamu punya pengalaman serupa, tulis dong ulasan tuntutan #ZeroWaste kamu di fitur komentar!

2 comments:

Darma said...

kuuul... keren banget temennya

Unknown said...

titip salam jirowes sama Nanda, uhuuyyy huibat laah...

Ani 1m1c