Thursday, October 25, 2012

after graduation


How strange life is.


Who shape your life? You. But I have never shaped mine. They shape themselves with the webs I can't even guess by fulfilling what I was afraid of. Fulfilling what my heart actually wants, but are avoided by my head for many practical reasons.

My dream to work in the field of environmental / human rights law was made for an essay when applying for a scholarship. When I surprisingly won the scholarship, I suddenly have a tangible dream, a vision of who I want to be.

I never wanted international law as my major; it was a one day decision to be written in the essay, and now I am an international law graduate. I used to dream to work in the lawfirm with best salary as a fresh graduate, but I gave away all my chances to apply to such firms for a vision I wrote in that essay.

Yes, it was an essay of two pages which have brought me here. Or that scholarship. Or the interviewer. Whatever. The point is I'm here, surprisingly. 180 degrees from the girl I knew in the early years of my uni life, who buried her books of philosophy and left her pursuit of truth to live practically peace. Who always preferred money and commercial law and the big firm things and rejected her conscience to be in the mud. Who swore she won't be able to live with the typical NGO / academician lifestyle. Who hated activists and mocked researchers. Who unfortunately always be brought back to her avoided nature by various incidental occasions.

Well, I don't know whether I'll walk further and finally be where I want to be or not. But I think starting from the lowest point is worth trying. Challenge myself to replace my prodigal side with an earthy one is effective. Sure I won't give up my dream on marrying a rich mafia, but hey, I still have that spirit not to let myself unable to have my fun at any circumstances! Nah, good luck with the new start, star!

Saturday, October 13, 2012

Gunung Arjuno (3339 mdpl) & Welirang (3156 mdpl)


27 – 29 Agustus 2012;
Huda Robbani & Margaretha Quina;
Pendakian Gunung Arjuno melalui jalur Tretes (Pasuruan, Jawa Timur)

Gunung Arjuno


TRANSPORTASI
  • Dari terminal Arjosari, Malang, menumpang bus tujuan Surabaya (Bungurasih) dan berhenti di Pandaan (Rp 10.000), vice versa. Biasanya bus paling malam berangkat pukul 22.00, atau lebih cepat.
  • Dilanjutkan dengan ojek (Rp 20.000) / angkot (Rp 7.000) ke Tretes, turun di depan Hotel Tanjung. Basecamp Arjuno-Welirang terletak di seberang hotel Tanjung.
  • Apabila ingin memulai pendakian dari Pet Bocor, dapat menumpang ojek (Rp 15.000) dari depan Basecamp.

PENGINAPAN

Apabila berencana untuk bermalam di Tretes dan mulai mendaki di pagi hari, banyak terdapat penginapan (villa / hotel, bukan hostel) di Tretes, namun dimungkinkan pula untuk tidur di depan (bukan di dalam) basecamp.

BASECAMP & PENDAFTARAN

Pendaftaran Arjuno & Welirang dapat dilakukan pada saat itu juga di Basecamp. Syaratnya adalah menitipkan kartu identitas (KTP/KTM/Passport) dan melapor kembali pada saat turun. Tidak ada jam operasional yang pasti bagi Basecamp Arjuno Welirang, petugas akan menutup Basecamp apabila diperkirakan tidak ada lagi pendaki yang naik / turun, biasanya di atas pukul 22.00.

JALUR PENDAKIAN TRETES

  • Pos PHPA Tretes
  • Shelter 1: Pet Bocor
  • Shelter 2: Kokopan
  • Shelter 3: Pondokan
  • Puncak Arjuno / Puncak Welirang

Pos PHPA (Basecamp) Tretes – Pet Bocor

Waktu tempuh: + 30 menit
Dapat ditempuh melalui bagian samping Basecamp (melewati palang) dengan mengikuti jalur berbatu hingga menemukan simpang 3, lalu belok ke kiri. Alternatif lain adalah terus naik ke atas dari Basecamp mengikuti jalan motor. Pet Bocor ditandai dengan sebuah warung dan tanah lapang yang dapat dipakai berkemah.

Pet Bocor – Kokopan

Waktu tempuh: + 2 jam – 4 jam
Hanya ada satu jalur dari Pet Bocor ke Kokopan yang merupakan jalan menanjak berbatu-batu yang sebagian besar tidak dinaungi pepohonan rindang. Jika pendakian dilakukan pada siang hari, sebaiknya pendaki menyiapkan peralatan tempur untuk melindungi diri dari sengatan matahari. Terdapat beberapa jalur pintas yang cukup jelas di sebelah kiri jalan melalui semak-semak. Di Kokopan terdapat juga warung yang biasanya buka di akhir minggu, namun tidak dapat dipastikan kapan warung ini buka/tutup. Selain itu, di Kokopan dapat ditemukan sumber air yang cukup melimpah dan mudah diambil.

Kokopan – Pondokan

Waktu tempuh: + 3 jam – 5 jam
Jalur utama Kokopan – Pondokan juga sangat jelas, namun sedikit lebih teduh dibandingkan perjalanan Pet Bocor – Kokopan. Setengah jalan pertama masih relatif gersang, namun setelah itu di kiri kanan dapat ditemui hutan yang indah dengan lebih sedikit jalur pintas. Pondokan ditandai dengan plang “Pondokan” dan perkampungan penambang belerang. Terdapat petunjuk ke arah atas (lurus) untuk menuju Puncak Welirang, dan ke arah kiri untuk menuju Puncak Arjuno. Tenda dapat didirikan di ujung atas (ke arah Welirang) perkampungan penambang, sebelum vegetasi. Di Pondokan ini juga terdapat sumber air, namun seringkali kering di musim kemarau.

Pondokan – Puncak Arjuno

Waktu tempuh: + 2jam – 4 jam
Perjalanan ke Puncak Arjuno melewati jalur yang setapak yang ditandai dengan pita-pita di sepanjang jalur. Ikuti saja pita-pita ini, maka pendaki akan sampai ke puncak Arjuno setelah melewati 3 puncak semu. Puncak Arjuno terdiri dari batu-batu besar dan merupakan puncak paling ujung, sekitar 30 menit – 1 jam dari puncak semu pertama.

Awan badai di perjalanan menuju puncak Arjuno

[catatan: Lembah Kijang]
Setelah berjalan lebih kurang 30 menit, pendaki akan melihat sebuah lembah yang disebut sebagai Lembah Kijang. Terdapat sebuah pos resmi di ujung Lembah Kijang dimana terdapat sumber air, yang biasanya masih tersedia di musim kemarau ketika tidak ada air di Pondokan. Di pos ini, pendaki juga dapat mendirikan tenda. Namun, apabila mengikuti jalur pita-pita di atas, pendaki akan langsung naik ke punggungan yang mengarah ke puncak, bukan turun ke lembah. Seringkali pendaki tersesat di lembah ini ketika turun, karena tidak ada petunjuk arah yang jelas. Di dekat pos, ada sebuah plang “Rawan Kebakaran”; apabila anda tersesat, ambillah jalur naik dari lembah di dekat plang tersebut, lalu belok kanan ke arah Pondokan atau belok kiri ke arah puncak.

Pondokan – Puncak Welirang

Waktu tempuh: + 2 jam – 3 jam
Perjalanan ke Welirang melalui sebuah jalan setapak yang cukup lebar, berpasir dan berdebu, yang biasa digunakan oleh penambang belerang untuk membawa belerang dalam gerobak. Jalurnya sangat jelas dan hanya ada satu jalur utama, walaupun begitu terdapat jalur pintas di sebelah kiri jalan melalui hutan di atas jalur utama. Mendekati puncak, pendaki akan menemukan jalur berbatu yang tersusun rapih berundak-undak ke arah kanan (biasanya terpasang pita di perdu) yang merupakan jalur ke arah puncak Welirang. Jangan mengikuti jalur pasir, karena merupakan jalur ke tambang belerang. Gas belerang akan terasa di siang hari, sebaiknya summit Welirang dilakukan sebelum siang. Puncak sejati Welirang ditemukan setelah 3 puncak semu.

Kawah belerang di dekat puncak Welirang
[keterangan tambahan]


[opini subjektif: pelajaran kali ini]

  • ·         Jika ingin mendaki Arjuno & Welirang dalam satu pendakian, sebaiknya gunakan jalur Tretes. Pendakian combo dapat ditempuh dalam 3 hari:
1.       Hari Pertama: Berangkat pagi dari sekitar jam 7, tuntaskan hingga tiba di Lembah Kijang (lebih kurang 20 – 30 menit dari Pondokan) ke arah Arjuno, lalu bermalam dan istirahat.
2.       Hari Kedua: Summit attack Arjuno dimulai pukul 7 – 8 pagi, lalu kembali ke camp dan segera berbenah menuju Pondokan.
3.       Hari Ketiga: Summit attack Welirang dimulai pukul 5 pagi, lalu kembali ke Tretes hari itu juga.
  • Jangan melintasi Lembah Kijang di malam hari karena medannya yang ilalang dengan banyak cabang berpotensi menyesatkan. Jika ingin kembali ke Pondokan setelah summit Arjuno, usahakan saat masih terang.
  • Di musim kemarau, air rawan dan butuh perbekalan ekstra. Sumber air terakhir yang aman dan pasti ada di Kokopan. Komunikasi dengan pendaki lain yang baru turun mengenai ketersediaan air sangat penting.
  • Hati-hati meninggalkan barang bawaan / tenda pada saat summit attack. Kebanyakan pendaki membawa seluruh barang pada saat summit attack karena pernah terjadi kasus kehilangan. Antisipasi dengan gembok & membawa barang-barang penting jika ingin meninggalkan tenda.
  • Jangan lupa membawa masker untuk mengantisipasi angin / bau belerang. Terkadang angin sangat kencang di puncak Welirang.