Tuesday, June 10, 2014

Over-Improvised Trip: Kupang, Rote dan (Mendadak) Flores


DISCLAIMER: Anda dipersilakan segera menutup halaman ini jika pencarian Anda ditujukan untuk mendapatkan informasi jalan-jalan ‘murah-meriah’ dengan itinerary rapih. Trip ini sangat overpriced, tidak terorganisir, penuh bencana, namun sangat menyenangkan karena kejutan yang tak habis-habis ditawarkannya. Seperti tulisan saya mengenai Labuan Bajo, tulisan ini dibuat dalam bahasa Indonesia karena hanya segelintir pejalan Indonesia yang saya temui. Info yang lebih berguna akan saya lanjutkan dalam rangkaian blogpost berkala sesempatnya.

24 Mei 2014 – 2 Juni 2014

Rute Perjalanan
Kupang – Rote – Kupang – Maumere – Moni – Ende – Ruteng – Wae Rebo – Ruteng – Ende – Moni – Maumere (Cat: Moni & Maumere di bagian akhir perjalanan merupakan perjalanan ‘terpaksa’ karena letusan Gn. Sangiang yang menyebabkan tidak terbangnya pesawat dari Ende)

Major Expenses (approximately)
IDR 1,200k Tiket Jakarta – Kupang
IDR 400k Tiket Kupang – Maumere   
IDR 2,300k Tiket Maumere – Denpasar – Jakarta      
IDR 150k Ferry Kupang – Rote (one way) 
IDR 50k Akomodasi/hari (rata-rata kamar 75k 150k)
IDR 500k – 600k Sewa mobil/hari & supir (exl’ bensin)
IDR 150k Bensin/hari (bergantung jarak)
IDR 30k – 60k Makan dan jajan/hari 
IDR 6,813.5k* TOTAL personal expenses (hedon & happy)
*) Tidak termasuk oleh-oleh


Highlight

Perjalanan ini menghabiskan 10 hari, jutaan rupiah, dan tim ‘ketemu di jalan’ yang senantiasa berganti-ganti dan menyebabkan saya berinteraksi dengan begitu banyak orang-orang yang tak terduga. Setelah niatan saya, Nisa, dan Aso untuk melakukan perjalanan Timor Barat dan Timor Timur kandas lantaran seorang copet apes mengambil dompet saya yang berisi dua ribu rupiah, passport, KTP dan ATM, kami memutuskan tetap berangkat dengan bermodalkan tekad menyelundupkan saya ke Timtim. Sayangnya Tuhan YME mencegah niat buruk itu dengan mempertemukan kami dengan pejalan lain yang memiliki itinerary lebih mumpuni yang mengiming-imingi kami dengan efisiensi ongkos jika kami bergabung. Dengan segala kengileran, maka berubahlah trip Timor kami menjadi trip Timor – Flores.

Ladang padi gogo di pinggiran jalan P. Rote, Kab. Rote-Ndao, NTT

Kupang dan Rote, yang merupakan tujuan awal saat niat kami masih teguh untuk jalan-jalan kere di Timor, kami tempuh dengan sangat efisien pada hari-hari pertama. Kami mendarat siang hari dan menghabiskan hari mengunjungi Pantai Lesiana yang sepi, terpukau dengan babi dan sapi di perkampungan penduduk di sekitarnya, menengok pembuatan tuak menjadi gula aren, dan makan dengan rakus di Pasar Malam dekat pantai Timor setelah kalap melihat ikan kerapu besar seharga IDR 35k. Hari kedua dan ketiga kami habiskan di Rote, lagi-lagi termangu-mangu melihat pantai-pantai dan bukit-bukit yang kosong dengan hanya kuda, sapi, babi, kerbau, kambing, hingga anomali-anomali lain sebagai penguasa jalan. 

Pantai Nemberala, P. Rote (photo by: Untung Sihombing)



Selanjutnya, kekhilafan dimulai semenjak tiket ke Maumere kami beli dengan impulsif melalui koneksi travel, dengan Nisa dan Aso berniat mencapai Kelimutu dan saya berambisi sampai Wae Rebo. Hari keempat kami habiskan di jalan diwarnai obrolan dengan supir kami tersayang, Kak Herman, yang begitu mencapai Moni mengizinkan kami melanjutkan obrolan bersama para supir, orang lokal, dan penjaga villa yang semuanya teman-temannya. Hingga hari kelima kami masih di Moni dan gagal total mendapatkan pemandangan Kelimutu barang sejengkalpun karena kabut yang membuat kami melihat jelas hanya pada jarak pandang 5 meter. 

Pelabuhan Maumere, Kab. Sikka, NTT (photo by: Untung Sihombing)
 
Danau Tiga Warna Kelimutu, Moni, Kab. Ende, NTT

Malam hari kami sampai di Ruteng dan di hari keenam terbengong-bengong lagi dengan sawah berbentuk jarring laba-laba di Cancar dan jalanan panjang dengan ojek ke Denge, desa terakhir yang menjadi titik awal perjalanan ke Wae Rebo. Di hari itu juga, kami mendaki dan menetap di sana hingga hari ketujuh. Begitu turun dan berpisah dengan rombongan, saya langsung diharapkan pada perjalanan dengan drama kejar-kejaran tunggu-tungguan bus Ruteng – Ende hingga saya dan tukang ojek berkomplot membuat skenario demi merayu supir bus agar menunggu saya yang masih di jalan dari Denge. Namun drama tetap berlanjut sampai hari kedelapan, dimana pesawat Ende – Kupang yang sudah hampir boarding memutuskan tidak terbang di detik-detik terakhir karena letusan Gunung Sangiang di P. Sangiang, dekat Sumbawa. Sekalipun demikian, sangat kebetulan bahwa hari itu adalah hari Kesaktian Pancasila yang diperingati sangat meriah di Ende. Hari kesembilan, setelah mengantongi tiket Maumere – Denpasar – Jakarta keesokannya, saya kembali bergerak menuju Maumere dan memutuskan mampir di Ende, mendulang peruntungan saya dengan Kelimutu. Akhirnya, setelah puas dengan Kelimutu jilid II dan dengan ketidaksengajaan ke Maumere, saya bisa bertemu keluarga saya waktu KKN di Palu’e, Kab. Sikka, yang kebetulan menetap di Maumere. Serta tentu, belanja tenun ikat di pasar!

Sawah jaring laba-laba, Cancar, Kab. Manggarai, NTT

Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT

Pantai Batu Hijau, Ende, Kab. Ende, NTT


Kelas menengah memiliki kemewahan untuk dapat bervakansi ke tempat yang jauh seperti Indonesia Timur, serta (selayaknya) kemampuan berpikir untuk mengolah apa yang ditemukan, dirasakan, dilihat untuk kembali menjadi modal dalam perbuatan dan visi kedepannya. Maka pergilah ke Indonesia Timur, lengkapi khazanah kebangsaan Anda dengan pesona timur yang selalu tak terduga. Pulang, dan sadarilah apa yang menjadi pekerjaan rumah kita.

5 comments:

roteradio said...

Terima kasih adek Margartha dan teman yang sudah mengungyuni kampung kami di Rote-Timor-Wae Rebo. Semoga menjadi magnet bagi kita yang belum tau keindahan pulau karang ini,.semoga juga bisa menginspirasi kita semua...

Margaretha Quina said...

Sama-sama! AMIIIN, minimal buat inner circle-ku dulu deh pada harus melihat Indonesia Timur! :))

Hendrayana said...
This comment has been removed by the author.
Hendrayana said...

Thanks udah sharing travelling nya, I must go there, kelimutu wae rebo, bajo dll

Hendrayana said...

Thanks udah sharing travelling nya, I must go there, kelimutu wae rebo, bajo dll