Friday, April 4, 2014

Jalanan (Daniel Ziv, 2014)

Setelah menolak sekolah idaman, ternyata saya agak sedih, sehingga saya mencari hiburan. Dan hiburan yang paling menguatkan adalah dengan melihat pada kenyataan bahwa ada perkara-perkara yang lebih besar dari sekedar ego ngotot sekolah bergengsi. Dan cerita dari jalanan inilah yang pada akhirnya mampir 'menampar' saya.



Daniel Ziv, sutradara asal Kanada yang selama 5 tahun mengikuti 3 orang pengamen di Jakarta, berhasil membuat hati saya lebih legowo setelah menyimak 'pelajaran hidup sungguhan' dari Boni, Ho dan Titi. Dengan luar biasa, Ziv menyuguhkan keras dan indahnya kehidupan para pengamen Jakarta - langsung dari jalanan.



Cerita dari Boni yang 10 tahun tinggal di kolong jembatan, Titi yang ibu tiga anak sekaligus pengamen di jalanan, Ho yang sempat ditertibkan Satpol PP - semuanya yang nyata dan sarat makna. Semua karakter, ketiganya pengamen asli, telah memberikan pembelajaran-pembelajaran yang menarik mengenai uang, mengenai pencapaian, kebahagiaan, cita-cita, kehidupan. Berkali-kali dialog yang disajikan berhasil mengingatkan saya melalui kisah-kisah nyata bahwa semua yang makro akan berujung pada kehidupan individu-individu seperti mereka. Orang per orang. Kisah per kisah.

Dan bagi siapapun yang bermimpi tinggi, yang sedang mengutuki beberapa ratus juta atau beberapa milyar yang dibutuhkan untuk sekolah, saya sampaikan salam dari akar rumput:





Mereka mengingatkan saya bahwa ratusan juta, milyaran, triliunan, yang dihamburkan setiap bulannya untuk program, sekolah, acara maupun kegiatan-kegiatan seremonial, dapat mengubah hidup beberapa orang seperti mereka. Dan mereka mengingatkan saya bahwa secara moral saya patut memastikan bahwa apa yang telah dan akan saya hamburkan tidak akan berarti jika pada akhirnya tidak berhasil memberikan dampak secara langsung bagi jiwa per jiwa. Sekalipun itu semua kadang harus melalui perantara yang panjang.

Karena kita, saya dan Anda, akan terus membutuhkan cerita-cerita seperti ini untuk mengingatkan kita bahwa jangan sampai gengsi membutakan misi.

No comments: