Wednesday, April 4, 2012

to feel is to believe

Lo pasti sering banget denger cerita-cerita inspirasional. Entah dari chicken soup, novel, cerpen, biografi, apa deh sebut. Tapi gue yakin ngebaca, atau ngedengar doank ga akan menggerakkan lo sehebat ketika lo terlibat secara langsung dalam pengalaman itu. Well, gue udah berkali-kali ditampar dengan pengalaman semacam itu. Di Pengmas, di KKN, bahkan di magang OLC. Sekarang, waktu gue magang di Freeport, lagi-lagi gue disuguhi "orang yang inspirasional". Yah kalo gue ceritain mungkin banget sih kedengerannya basi, tapi anyway, gue tetep mau cerita.

Namanya Ana Maria. Satpam. Cewek. Angkatan 2007, satu tahun di atas gue. Dia udah jadi Satpam di Freeport selama empat tahun, semenjak dia lulus SMA. Anaknya outgoing banget, ramah. Tiga hari pertama gue di Freeport justru paling banyak ngobrol sama dia, tapi gue sama sekali ga menyangka bahwa dia satu tahun di atas gue. Well, gue ga kepikiran aja buat mikirin itu.

Pertama kali dia masuk ke dalam 'monkeysphere' gue adalah waktu dia bilang dia mulai kuliah dua tahun lalu. Gue kaya' mikir "What? Lo kuliah malem? GILA!" Yah, gue tau, banyak banget kisah semacam ini. Tapi kalo lo mendengar dalam skala besar, ga romantik lagi, jadinya statistik. So, cerita satu orang yang dihadapkan di depan lo justru bisa bikin lo lebih mikir dibandingin seratus orang yang udah sering banget diceritain bokap gue waktu gue bocah.

Ini yang bikin gue nyadar dan salut sama doi. Yang namanya kerja itu, apalagi kalo lo tinggal jauh, lo harus bangun subuh, mandi, naik transportasi yang ga manusiawi, ngantor, pulang lagi dengan transportasi yang jauh lebih ga manusiawi, belom lagi musim hujan dan becek. Gue yang baru 3 hari udah mau modar. Si Ana Maria ini kebel sama rutinitas begitu, dari SMA. Rumahnya di Ciledug, jauh banget, kebanjiran lagi kemaren, jadi dia udah biasa nginep-nginep rumah tantenya dan segala macem. Transportasi yang dia naikin ga kalah inhuman dari yang gue naikin. Macet yang dia rasain sama torturingnya. Tapi dia, setelah seharian capek nge-Satpam, makan siang pun di jam yang ga normal karena harus nge-Satpam, balik-balik langsung kuliah sampe malem. Mesti dihadapkan sama tugas-tugas dan ujian, sama kaya gue di jaman semester muda dulu. Bedanya, gue bisa bebas punya excitement yang super banyak. Ambisi yang banyak. Jam gabut yang banyak. Previlege untuk bangun siang yang banyak. Seneng-seneng yang BUANYAK! I'm having the best four years in my life. But she has to split it. She'll never have the same previlige I'm having right now. Yah tapi kalo lo kenal sama orangnya, kaya ga ada beban deh. Ceria! Dan ini banyak gue temui di orang-orang yang hidupnya secara ekonomi sederhana. Mereka bersyukur atas apa yang mereka punya. Mau jadi tukang becak kek, gabut kek, tukang sampah kek. Enak gitu hidupnya, sementara gue, dengan semua previlege itu, masih demands for ini itu, dumping sana sini, selalu mau yang lebih dan lebih. I guess she's happier than me. Ngaku aja, lo juga kan?

Yah, sebenernya ini postingan ga ada point-nya sih. Gue cuma mau cerita tentang Maria Ana aja. Mau ngajak lo bersyukur sama kehidupan lo, sama kuliah lo. Lo ga perlu jadi Satpam untuk bisa kuliah. Ga perlu kuliah malem dan bangun super pagi. Ga perlu mikirin duit.

Tapi kenapa golongan yang paling perfect hidupnya ini justru orang-orang yang paling stress?



Ga penting ah x)

No comments: