Maria Susanti & Margaretha Quina.
08 - 14 Agustus 2013 (Denpasar - Lb. Bajo - Denpasar)
HOW TO GET THERE?
- Our version: Titik awal kami adalah Denpasar, dengan jalan darat menggunakan bus Langsung Indah (CP: 081338491821) dari terminal Ubung, keberangkatan pukul 03:00 pagi setiap hari. Harga 600k/pax sudah termasuk tiket ferry penyeberangan Bali - Lombok, Lombok - Sumbawa, dan Sape - Labuan Bajo, total perjalanan sekitar 36 jam. Ini adalah versi "well managed terima jadi semua tiket" dari ngeteng.
- Opsi lain adalah "ngeteng" - opsi yang paling penuh kejutan namun menyenangkan. Caranya: naik bus/shuttle bus ke Padang Bai (shuttle bus: 60k/pax, 1,5-2hrs), dilanjutkan dengan ferry dari Padang Bai ke pelabuhan Lembar, Lombok (36k/pax, 4-5hrs), ojek ke terminal Mandalika, Mataram (15-20k/pax) lalu mengambil bus Mataram - Bima (200k/pax, 2hrs ke Pelabuhan Kayangan, 1hr di ferry, 9hrs dari pelabuhan Sumbawa menuju ke Bima - total: app. 12 hrs). Dari Bima mengambil minibus menuju ke pelabuhan Sape (berangkat sekitar jam 6 pagi, 25k, 2hrs), kemudian langsung melanjutkan dengan ferry ke Lb. Bajo (berangkat jam 9 pagi, 42k, 6-7hrs). Concern: (1) hati-hati di terminal Bima, (2) minibus ke Sape baru akan berangkat jika penumpangnya cukup banyak atau penuh, tidak selalu berangkat (ngetem style); (3) penyeberangan ferry tergantung pada keadaan laut. Karena itulah ngeteng menjadi menarik, karena banyak cerita traveler yang perjalanan ngetengnya tidak mulus - yang merupakan point paling menarik dari traveling.
- Naik kapal Pelni dari Denpasar (KM Tilongkabila, Denpasar - Lb. Bajo, 170k, 36hrs) yang berlayar 2 minggu sekali. Periksa jadwal di Website Resmi Pelni (bisa juga melihat pilihan lainnya, i.e. KM Awu yang berlayar melewati Bima), akan tetapi lakukan juga konfirmasi melalui telepon terkait jadwal. Tadinya kami berencana naik kapal ini, namun perbedaan jadwal di website dengan jadwal riil (yang kami ketahui via telepon) membuyarkan rencana ini.
- Sea tour 4D3N dari Lombok ke Lb. Bajo merupakan strategi penghematan waktu (dan biaya) yang cukup efisien bagi soloist. Syaratnya: fisik yang kuat, karena "tidur di deck" surprisingly berarti tidur di dek kapal nelayan kecil yang seadanya (even smaller dari kapal nelayan yang menuju Kepulauan Seribu di Jakarta), yang jika beruntung dibatasi papan dari terpaan angin laut, atau jika tidak terpaksa mengandalkan selimut yang layak dan antangin dalam pertarungan melawan kencangnya angin malam. Syarat kedua adalah riset yang baik tentang lautan Flores, ada baiknya googling dulu mengenai safety concern terutama untuk bulan Desember - Februari (musim hujan). Ada 3 provider yang cukup terkenal: Perama Tour (Lombok - Lb. Bajo 3D2N 2,000k/pax, Lombok - Lb. Bajo - Lombok 5D4N 3,000k/pax - all prices for deck), Kencana Adventure (1,750/pax for 4D3N), atau Wanua Tour (1,750/pax for 4D3N, CP: Yayat 081236171088)
- Naik pesawat: jika sudah booking jauh-jauh hari atau di luar high season, tiket pesawat (Trans Nusa, Lion Air, Merpati, atau Sky Aviation) juga bisa didapat dengan harga murah. Harga mulai dari 700k. Kami pulang dengan tiket dadakan Trans Nusa Labuan Bajo - Denpasar (1,100k/pax
Words of wisdom on transport: Transportasi darat-laut menawarkan kesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai kelas, seringkali yang tidak mungkin berhubungan langsung dan bicara ngalor ngidul dengan kita di kota. Ngobrol dengan supir truk, TNI, kapten kapal, anak buah kapal, hingga preman terminal hanya dapat terwujud dengan perjalanan darat-laut. Perjalanan panjang juga memberikan kita kesempatan untuk membaca, merenung, berkreasi dengan sketch book atau membuat lagu - intinya memberikan ruang kreatif untuk diri kita sendiri. Lewat perjalanan panjang, kita juga berkesempatan menyapa traveler lain dan bertukar pengalaman dengan warga lokal, bahkan jika beruntung bertemu orang lokal yang bisa ditumpangi atau disewa kapalnya. Pilih pesawat hanya jika intensi perjalanan anda adalah perjalanan elitis, atau jika anda sangat tidak punya waktu.
Treasure:
- Pilih bus yang berangkat dari Bima menuju Sape pada saat matahari terbit. Pemandangan landscape Bima menuju Sape merupakan pemandangan yang sangat, sangat indah, dengan lembah berkabut yang menguning tertimpa matahari pagi. Jalanan melalui bukit berkelok-kelok dengan sawah diselingi hutan di kanan kiri.
- Sempatkan diri menaiki ferry pada saat matahari terbit atau terbenam. Perpaduan warna oranye-biru langit dan matahari, pantulannya di lautan Flores, serta kontur pulau berbukit-bukit yang menyambut baik di Lombok maupun Flores merupakan pengalaman yang tidak terbeli.
AKOMODASI
- Our version: Nomaden, dengan mayoritas Labuan Bajo. Yang sempat kami cicipi adalah Pelangi (fan, twin: 100-150k/room, AC twin: 300k/night, incl' sarapan) - cukup bersih, namun kami kapok karena Bapak Haji yang punya tidak bisa mengontrol matanya dari paha-paha kami. Lalu kami mencicip Hotel Matahari (fan, twin 80k/night, incl' sarapan berupa kopi), ada restoran dengan view yang cukup manis di atasnya, akan tetapi maintenance kamar-kamar (terutama kamar bawah) hancur berantakan, agak bau, bernyamuk. Besoknya kami pindah ke Pulau Seraya (330k/night for bungalow, twin; 220k/night for tent, incl' sarapan) yang bisa dibooking via Gardena, sebuah pulau kecil dengan sedikit kamar, a truly must do di Flores Barat.
- Tidur di kapal nelayan. Paket tur Komodo-Rinca biasanya menawarkan itinerary 2D1N dengan berlabuh di Pulau Kalong lalu menginap di kapal. Anda bisa menikmati matahari terbenam hingga ke laut dengan warna warni ajaibnya yang menimpa punggungan bukit-bukit bersabana, serta menikmati malam tanpa cahaya kota, yang memberikan kesempatan Bima Sakti menampakkan cahayanya. Jika tidak kuat angin, bawalah tolak angin dan sleeping bag.
- Pending list yang kami taksir adalah Gardena (110k - 220k/night, incl' sarapan) yang tampak bersih dan ciamik dengan kasur berkelambu dan taman yang rimbun. Selain itu, Pulau Kanawa (150k - 450k/night) yang berpantai bening ala Karimun Jawa dengan gradasi obvious even from the beach dan jetty privat yang tidak boleh disandari kapal lain (cuih for that!) hingga saya dan seorang nenek harus melewati hutan koral mati yang seram demi mencapai pantainya. Haha, canda, koralnya memang tidak begitu sehat, tapi pemandangan dari pantai ciamik, serta ada jalan kecil untuk trekking ke puncak bukit.
Pemandangan dari bukit di pulau kecil Flores Barat |
Pemandangan pelabuhan Lb. Bajo dari pusat kota |
Words of wisdom on accommodation: Kami tidak sempat mencicipi tinggal bersama orang lokal, namun hal ini merupakan wishlist pertama saya kalau ke sana lagi. Tinggal bersama orang lokal merupakan pengalaman yang pastinya super manis - memahami kehidupan nelayan, mengorek permasalahan di daerah dan komunitasnya, merasakan kehidupan Flores yang sesungguhnya, bukan hanya keindahan artifisial hotel. Di pulau Komodo ada perkampungan, dan di beberapa pulau kecil (misal: Pulau Mesah) masih banyak masyarakat yang hidup dan tinggal secara tradisional. Kedua, saya sangat ingin membawa tenda! Pink Beach memiliki koral-koral yang sangat sehat dan tidak berlampu di kala malam, merupakan lokasi yang sempurna untuk membuka tenda. Beberapa pulau juga tampak menggoda, terlebih lagi ternyata Pulau Komodo mengizinkan camping dengan ditemani ranger, akan tetapi tidak menyediakan tenda. Hal paling mewah dari pulau-pulau kecil di Flores Barat adalah gelap, yang tidak akan anda temui jika anda tidak menjauhi kota.