Cungcingcangcing you,
Cungcingcangcing me,
Makin banyak orang berbahasa tak ku mengerti
(prangcingprungcingcongcingyu)
Di tanahmu bahasamu, di tanahku bahasaku
(prangpikicing, prangkacacungprakacing)
Makin banyak istilah baru yang asing buatku
(prangkacicungcingyu, prangkacacungcingyu)
Makin banyak bahasa asing yang tak kumengerti
Iksan Skuter: Cangcingcung
Iksan Skuter: Cangcingcung
Lagu ini dibuat oleh salah satu musisi terminal favorit saya, Iksan Skuter, yang mewakili pemikiran-pemikiran kritis dari akar rumput. Sajak yang menyindir kelas menengah, pemerintah, kaum terpelajar, ketidakadilan, semua yang merepresentasikan kita. Bagaimana kekuatan lirik bisa membuat saya tersindir mengingatkan saya pada sajak-sajak jujur Widji Thukul atau lirik Iwan Fals - dan tentu, Pram.
"Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu!"
- Jean Marais: Anak Semua Bangsa (Pramoedya A. Toer)
- Jean Marais: Anak Semua Bangsa (Pramoedya A. Toer)
Percayalah, Pram. Kami belajar. Kami mencoba mati-matian, bahkan untuk bicara satu bahasa satu kalimat. Ketika mereka yang di akar rumput justru berusaha menyamai terminologi yang kami gunakan, mungkin kami sudah setengah mati mencari padanan kata yang sederhana. Ketika bicara dengan disiplin ilmu lain yang asik dengan terminologinya sendiri, kami mencoba menyampaikan dengan kosa kata yang dapat dicerna awam - meskipun seringkali gagal. Percayalah, Pram, kami mencoba melawan. Melawan diri kami, pendidikan kami, bahasa di pergaulan kami yang sudah mendarah daging selama belasan, puluhan tahun. Dan terima kasih sudah mengingatkan kami.