Saturday, November 23, 2013

Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu!

Cungcingcangcing you,
Cungcingcangcing me,
Makin banyak orang berbahasa tak ku mengerti 
(prangcingprungcingcongcingyu)
Di tanahmu bahasamu, di tanahku bahasaku
(prangpikicing, prangkacacungprakacing)
Makin banyak istilah baru yang asing buatku
(prangkacicungcingyu, prangkacacungcingyu)
Makin banyak bahasa asing yang tak kumengerti

Iksan Skuter: Cangcingcung



Lagu ini dibuat oleh salah satu musisi terminal favorit saya, Iksan Skuter, yang mewakili pemikiran-pemikiran kritis dari akar rumput. Sajak yang menyindir kelas menengah, pemerintah, kaum terpelajar, ketidakadilan, semua yang merepresentasikan kita. Bagaimana kekuatan lirik bisa membuat saya tersindir mengingatkan saya pada sajak-sajak jujur Widji Thukul atau lirik Iwan Fals - dan tentu, Pram.

"Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu!"
- Jean Marais: Anak Semua Bangsa (Pramoedya A. Toer)

Percayalah, Pram. Kami belajar. Kami mencoba mati-matian, bahkan untuk bicara satu bahasa satu kalimat. Ketika mereka yang di akar rumput justru berusaha menyamai terminologi yang kami gunakan, mungkin kami sudah setengah mati mencari padanan kata yang sederhana. Ketika bicara dengan disiplin ilmu lain yang asik dengan terminologinya sendiri, kami mencoba menyampaikan dengan kosa kata yang dapat dicerna awam - meskipun seringkali gagal. Percayalah, Pram, kami mencoba melawan. Melawan diri kami, pendidikan kami, bahasa di pergaulan kami yang sudah mendarah daging selama belasan, puluhan tahun. Dan terima kasih sudah mengingatkan kami.

Wednesday, November 6, 2013

Sebuah Surat dari Seorang Guru

Teachers, at the early stage of your life when you were naive and still dare to spend your limitless imagination dreaming about a better world, incorporated values and courage to push you forward to be more than just 'some walking flesh' - but to be 'human'. Some of them refers to your brain, your heart, your duty to "humanize the other human". I constantly thank God that we are surrounded with teachers like... this one.

Sdr/i yang terpelajar,

Kira-kira setahun yang lalu, saya menyapa anda via surat elektronik dan memberikan tautan ke tulisan singkat saya tentang Sumpah Pemuda. (Jika alamat surat elektronik anda terlewatkan, saya mohon maaf. Berikut tautan terkait: http://www.leimena.org/id/page/v/683/pencapaian-pemuda-indonesia)

Kali ini, izinkan saya kembali menyapa:

Suatu dialog (imajinatif) dari hati ke hati tentang pendidikan dan kemajuan bangsa antara rakyat Indonesia dengan kaum terpelajarnya (mereka yang mengenyam pendidikan tinggi).

* awal dialog *

Rakyat: Apa yang telah kalian perbuat untuk perbaikan nasib kami? Kok sudah hampir 70 tahun merdeka, kami tetap miskin? Kalian sudah kami sekolahkan. Atau paling tidak punya pengetahuan, kesempatan dan kemampuan untuk mengubah nasib kami. Tapi kenapa kami tetap miskin, sedangkan kalian bisa maju? Kenapa kami hidup kekurangan, sedangkan kalian berkecukupan? Kenapa anak-anak kami tetap jadi petani, nelayan, dan buruh, sedang anak-anak kalian bisa punya masa depan yang baik. Apa? Katakan apa yang telah kalian perbuat untuk kita?

Kaum Terpelajar: ...

* akhir dialog *

Ini memang dialog imajinatif, tapi merupakan materialisasi dari realita kemasyarakatan dan sejarah Indonesia: Proklamasi (yang atas nama bangsa Indonesia), Amanat Penderitaan Rakyat, dan Reformasi.

Semoga anda bisa menjadi sarjana yang memiliki integritas, jujur-ilmiah, dan mendobrak kuldesak kemasyarakatan yang ada.

Teriring salam,

Yu Un Oppusunggu