Sunday, August 18, 2013

Flores Barat, Nusa Tenggara Timur: Labuan Bajo, Komodo & Rinca (Transport & Akomodasi)

WARNING: Perjalanan ini adalah mixed-style antara traveling hedon ala Santi (adik saya, traveling partner) dan traveling "sok" membumi ala saya. Karena dilakukan di libur lebaran & holiday season, maka harga yang tercantum adalah range atas dan beberapa opsi yang kami pilih sebaiknya dihindari jika terdapat financial concern.

Maria Susanti & Margaretha Quina.
08 - 14 Agustus 2013 (Denpasar - Lb. Bajo - Denpasar)

Ada alasan khusus saya membuat tulisan ini dalam bahasa Indonesia. Karena saya tidak menjumpai satu pun "pengelana kere" (alias backpacker, or whasotever) yang mengaku orang Indonesia di antara sekian ratus, mungkin sekian ribu pengelana kere mancanegara. Keindahan Flores mungkin tampak terlalu mahal buat traveler lokal, atau terlalu jauh letaknya dari Sumatera maupun Jawa. Mungkin justru patut disyukuri, bisa jadi karena hal inilah Flores yang cantik masih tetap cantik (paling tidak sampai sekarang) - dengan tidak disesaki pengelana-pengelana bersikap kampungan yang perduli setan dengan etika perjalanan. Pardon my cynical perspective towards the crowd, but we all know what happen to Semeru & Bromo (even in the shortest holidays) or Waisak or whatever cramped with irresponsible tourists, which sadly, mostly domestic - tapi saya tetap percaya bahwa pengelana kere Indonesia juga beradab, dan punya hak yang sama untuk memahami keindahan, kontradiksi, pergolakan masyarakat di timur Indonesia, yang hanya bisa didapatkan dengan gaya perjalanan non-elitis.

Pelabuhan Labuan Bajo

HOW TO GET THERE?
  • Our version: Titik awal kami adalah Denpasar, dengan jalan darat menggunakan bus Langsung Indah (CP: 081338491821) dari terminal Ubung, keberangkatan pukul 03:00 pagi setiap hari. Harga 600k/pax sudah termasuk tiket ferry penyeberangan Bali - Lombok, Lombok - Sumbawa, dan Sape - Labuan Bajo, total perjalanan sekitar 36 jam. Ini adalah versi "well managed terima jadi semua tiket" dari ngeteng.
  • Opsi lain adalah "ngeteng" - opsi yang paling penuh kejutan namun menyenangkan. Caranya: naik bus/shuttle bus ke Padang Bai (shuttle bus: 60k/pax, 1,5-2hrs), dilanjutkan dengan ferry dari Padang Bai ke pelabuhan Lembar, Lombok (36k/pax, 4-5hrs), ojek ke terminal Mandalika, Mataram (15-20k/pax) lalu mengambil bus Mataram - Bima (200k/pax, 2hrs ke Pelabuhan Kayangan, 1hr di ferry, 9hrs dari pelabuhan Sumbawa menuju ke Bima - total: app. 12 hrs). Dari Bima mengambil minibus menuju ke pelabuhan Sape (berangkat sekitar jam 6 pagi, 25k, 2hrs), kemudian langsung melanjutkan dengan ferry ke Lb. Bajo (berangkat jam 9 pagi, 42k, 6-7hrs). Concern: (1) hati-hati di terminal Bima, (2) minibus ke Sape baru akan berangkat jika penumpangnya cukup banyak atau penuh, tidak selalu berangkat (ngetem style); (3) penyeberangan ferry tergantung pada keadaan laut. Karena itulah ngeteng menjadi menarik, karena banyak cerita traveler yang perjalanan ngetengnya tidak mulus - yang merupakan point paling menarik dari traveling.
  • Naik kapal Pelni dari Denpasar (KM Tilongkabila, Denpasar - Lb. Bajo, 170k, 36hrs) yang berlayar 2 minggu sekali. Periksa jadwal di Website Resmi Pelni (bisa juga melihat pilihan lainnya, i.e. KM Awu yang berlayar melewati Bima), akan tetapi lakukan juga konfirmasi melalui telepon terkait jadwal. Tadinya kami berencana naik kapal ini, namun perbedaan jadwal di website dengan jadwal riil (yang kami ketahui via telepon) membuyarkan rencana ini.
  • Sea tour 4D3N dari Lombok ke Lb. Bajo merupakan strategi penghematan waktu (dan biaya) yang cukup efisien bagi soloist. Syaratnya: fisik yang kuat, karena "tidur di deck" surprisingly berarti tidur di dek kapal nelayan kecil yang seadanya (even smaller dari kapal nelayan yang menuju Kepulauan Seribu di Jakarta), yang jika beruntung dibatasi papan dari terpaan angin laut, atau jika tidak terpaksa mengandalkan selimut yang layak dan antangin dalam pertarungan melawan kencangnya angin malam. Syarat kedua adalah riset yang baik tentang lautan Flores, ada baiknya googling dulu mengenai safety concern terutama untuk bulan Desember - Februari (musim hujan). Ada 3 provider yang cukup terkenal: Perama Tour (Lombok - Lb. Bajo 3D2N 2,000k/pax, Lombok - Lb. Bajo - Lombok 5D4N 3,000k/pax - all prices for deck), Kencana Adventure (1,750/pax for 4D3N), atau Wanua Tour (1,750/pax for 4D3N, CP: Yayat 081236171088)
  • Naik pesawat: jika sudah booking jauh-jauh hari atau di luar high season, tiket pesawat (Trans Nusa, Lion Air, Merpati, atau Sky Aviation) juga bisa didapat dengan harga murah. Harga mulai dari 700k. Kami pulang dengan tiket dadakan Trans Nusa Labuan Bajo - Denpasar (1,100k/pax
Words of wisdom on transport: Transportasi darat-laut menawarkan kesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai kelas, seringkali yang tidak mungkin berhubungan langsung dan bicara ngalor ngidul dengan kita di kota. Ngobrol dengan supir truk, TNI, kapten kapal, anak buah kapal, hingga preman terminal hanya dapat terwujud dengan perjalanan darat-laut. Perjalanan panjang juga memberikan kita kesempatan untuk membaca, merenung, berkreasi dengan sketch book atau membuat lagu - intinya memberikan ruang kreatif untuk diri kita sendiri. Lewat perjalanan panjang, kita juga berkesempatan menyapa traveler lain dan bertukar pengalaman dengan warga lokal, bahkan jika beruntung bertemu orang lokal yang bisa ditumpangi atau disewa kapalnya. Pilih pesawat hanya jika intensi perjalanan anda adalah perjalanan elitis, atau jika anda sangat tidak punya waktu.

Treasure: 
  • Pilih bus yang berangkat dari Bima menuju Sape pada saat matahari terbit. Pemandangan landscape Bima menuju Sape merupakan pemandangan yang sangat, sangat indah, dengan lembah berkabut yang menguning tertimpa matahari pagi. Jalanan melalui bukit berkelok-kelok dengan sawah diselingi hutan di kanan kiri.
  • Sempatkan diri menaiki ferry pada saat matahari terbit atau terbenam. Perpaduan warna oranye-biru langit dan matahari, pantulannya di lautan Flores, serta kontur pulau berbukit-bukit yang menyambut baik di Lombok maupun Flores merupakan pengalaman yang tidak terbeli.

AKOMODASI
  • Our version: Nomaden, dengan mayoritas Labuan Bajo. Yang sempat kami cicipi adalah Pelangi (fan, twin: 100-150k/room, AC twin: 300k/night, incl' sarapan) - cukup bersih, namun kami kapok karena Bapak Haji yang punya tidak bisa mengontrol matanya dari paha-paha kami. Lalu kami mencicip Hotel Matahari (fan, twin 80k/night, incl' sarapan berupa kopi), ada restoran dengan view yang cukup manis di atasnya, akan tetapi maintenance kamar-kamar (terutama kamar bawah) hancur berantakan, agak bau, bernyamuk. Besoknya kami pindah ke Pulau Seraya (330k/night for bungalow, twin; 220k/night for tent, incl' sarapan) yang bisa dibooking via Gardena, sebuah pulau kecil dengan sedikit kamar, a truly must do di Flores Barat.
  • Tidur di kapal nelayan. Paket tur Komodo-Rinca biasanya menawarkan itinerary 2D1N dengan berlabuh di Pulau Kalong lalu menginap di kapal. Anda bisa menikmati matahari terbenam hingga ke laut dengan warna warni ajaibnya yang menimpa punggungan bukit-bukit bersabana, serta menikmati malam tanpa cahaya kota, yang memberikan kesempatan Bima Sakti menampakkan cahayanya. Jika tidak kuat angin, bawalah tolak angin dan sleeping bag.
  • Pending list yang kami taksir adalah Gardena (110k - 220k/night, incl' sarapan) yang tampak bersih dan ciamik dengan kasur berkelambu dan taman yang rimbun. Selain itu, Pulau Kanawa (150k - 450k/night) yang berpantai bening ala Karimun Jawa dengan gradasi obvious even from the beach dan jetty privat yang tidak boleh disandari kapal lain (cuih for that!) hingga saya dan seorang nenek harus melewati hutan koral mati yang seram demi mencapai pantainya. Haha, canda, koralnya memang tidak begitu sehat, tapi pemandangan dari pantai ciamik, serta ada jalan kecil untuk trekking ke puncak bukit.

Pemandangan dari bukit di pulau kecil Flores Barat


Pemandangan pelabuhan Lb. Bajo dari pusat kota

Words of wisdom on accommodation: Kami tidak sempat mencicipi tinggal bersama orang lokal, namun hal ini merupakan wishlist pertama saya kalau ke sana lagi. Tinggal bersama orang lokal merupakan pengalaman yang pastinya super manis - memahami kehidupan nelayan, mengorek permasalahan di daerah dan komunitasnya, merasakan kehidupan Flores yang sesungguhnya, bukan hanya keindahan artifisial hotel. Di pulau Komodo ada perkampungan, dan di beberapa pulau kecil (misal: Pulau Mesah) masih banyak masyarakat yang hidup dan tinggal secara tradisional. Kedua, saya sangat ingin membawa tenda! Pink Beach memiliki koral-koral yang sangat sehat dan tidak berlampu di kala malam, merupakan lokasi yang sempurna untuk membuka tenda. Beberapa pulau juga tampak menggoda, terlebih lagi ternyata Pulau Komodo mengizinkan camping dengan ditemani ranger, akan tetapi tidak menyediakan tenda. Hal paling mewah dari pulau-pulau kecil di Flores Barat adalah gelap, yang tidak akan anda temui jika anda tidak menjauhi kota.

Friday, August 16, 2013

Jalur Pantai Utara Jawa, Menyoal Sesal dan Maut

Satu tahun lalu. Juli, di bawah tekanan sidang skripsi yang segera menjelang dalam 5 hari. Saya terjebak di jalur pantai utara Jawa bersama ribuan orang lainnya. Seorang wanita duduk di sebelah saya, histeris nan panik sedari berangkat. Ayahnya meregang nyawa di tanah Wonosobo sana, sementara bus ini terus saja memberi harapan palsu untuk bergerak satu meter per jam.

Empati adalah salah satu yang hilang dari segenap perasaan kota. Bus kelas ekonomi, dengan segala kegaduhannya, adalah ajakan untuk kembali melihat yang nyata, berkomunikasi dengan yang hidupnya sederhana, sembunyi dari kehidupan glamor kota dan segala ketakperduliannya. Wanita ini telah menyihir atmosfer bus menjadi muram, dan setiap kursi melontarkan tanggapan yang menghibur, mengutuk, mengasihani, beda-beda dalam berbagai bahasa, tapi terdengar oleh saya dan ia.

Saya tak kenal wanita ini. Ia pembantu, majikannya menitipkan kepada saya. Polos. "Hanya mau pulang tepat waktu, saya sudah lama sekali tidak pulang..." itu katanya, namun diikuti cerocos panjang tentang semua yang bisa ia ceritakan. Semuanya tentang sesal. Tentang perihal pengunduran waktu yang tidak lagi bisa dikompromikan. Saat itulah mendengar jadi suatu yang mahal, suatu keadaan di mana yang asing menghibur yang asing dalam pemahaman kata yang tak selalu senada. Kami jauh. Ia dengan segala kepolosan desanya, dengan satu doktrin absolut tentang agama, tanpa cekokan bacaan tentang filsafat, tanpa menilik perdebatan dari jaman ke jaman mengapa manusia "ada" - dan saya, dengan kompleksitas secuil semuanya. Tapi ada perasaan yang sama, rasa takut kehilangan yang disayang, rasa bersalah belum memenuhi tuntutan seharusnya yang tak akan pernah cukup.

Maut punya pesonanya sendiri untuk memanggil kepedihan yang mewabah dan mengajak tiap insan bicara dengan dirinya sendiri. Tidak, kami tidak saling kenal. Sang ayah akhirnya meninggal di tengah kemacetan. Kami semua sudah bosan dengan histerisnya si wanita sepanjang dua puluh jam jebakan jalanan ini. Ia meratap. Pasrah menengok ke luar jendela, tatapan kosong itu, yang biasa ada di film-film patah hati. Kami menghibur sekedarnya, saya cuma bisa meminjamkan pelukan. Masih ada empat jam ke depan buat kami masing-masing terdiam, ikut larut dalam kepedihan. Diam-diam mata saya berair. Kembali mempertanyakan keberadaan.

Thursday, August 15, 2013

Perihal Kenyang dan Lapar




Dengan menu inilah saya terpuaskan. Setelah seminggu liburan bersama keluarga dengan makanan mewah 3x sehari, yang membuat saya jemu akan makanan enak. Setelah perjalanan subuh dari terminal dan penantian panjang di pelabuhan hingga turun dari kapal, yang cukup untuk membuat perut kembali mengenal rasa lapar.

Di warung kumuh ini, dengan lauk telor goreng dan secuil kangkung yang entah berapa sendok membubuhkan MSG, saya berjumpa kembali dengan syukur. Sungguh aneh, di kenyamanan yang stabil kita kekenyangan nikmat, hingga merindu rasa lapar yang puas dengan sederhana.

Wednesday, August 14, 2013

Southeast Asia on a Shoestring, 16 days of Rush

Made this post for Dillo & Kiky, the plan for my trip in August 2012 (not the right time for SEA mainland, wet season caused my Ha Long Bay became so stormy) starting from Ho Chi Minh City to the north, and going round to Lao PDR (Vientiane) and Cambodia (Angkor Wat, via Bangkok) then to Southern Thailand.

WARNING: No rush, don't follow this itinerary unless you're ready for an ambitiously exhausting trip. The travel system in the mainland has been well established so you can have more flexibility by taking the open-trip buses with many choices in the central backpackers areas. Stop by in every city, explore slowly, sleep for 2-3 days (or more), hit every market and the spots outside the light, talk more to travelers & local instead of focusing to your guidebook. For Indonesian travelers, trust me, mainland is much easier than your own country. I took note for the first days in Vietnam, but soon broke my promise to write further. May those be surprises for you :)

Finally, here's my itinerary (pardon my chaotic grammar, an itinerary should be a plan, but I ruined my plan and here's the replacement - the reality) at that time:



TUE 31 July
HCMC
Arrived in HCMC at 7.30 pm, slept at the airport.
WED 1 Aug
HCMC –Na Thrang
Take the morning public bus to the city center in HCMC, directly hit the bus counter (they call it travelers cafe) and get the night ticket to Hanoi, departed in the evening. Do the HCMC city tour (see: SEA Trip HCMC for further info)
P.S. If you want to take the direct bus to Hue, you should take the morning bus which will skip Nha Trang. Normally they leave at 8am so book in advance.
THU 2 Aug
FRI 3 Aug
Na Thrang (03/08: Na Thrang - Hoi An)
Arrive at Na Thrang, take a hostel and ate crocodie (super important information), lost the direct bus (due to 1 day prior notice), continued to find anything worth exploring in the city. See: SEA Trip, Na Thrang
SAT 4 Aug
Hoi An - Hue - Ha Noi
Arrived at Hue in the midday, explored the Citadel and continue to Hanoi in the evening. See: SEA Trip: Hoi An & Hue
SUN 5 Aug
Hue - Hanoi - Ha Long Bay
Arrived in Hanoi in the morning, directly go to the city center and book a 2D1N trip to Ha Long Bay. Slept at the boat. I booked a ticket to Vientiane for my arrival. See: SEA Trip: Hanoi & Ha Long Bay
MON 6 Aug
Ha Long Bay - Hanoi - Vientiane
Arrived in the city in the evening. Directly continue to Vientiane by the night.
TUE 7 Aug
Vientiane
Long road all day to Vientiane, bring good books and spot good travelers for chitchat partners. Arrived in Vientiane in the evening. Slept in the backpacker area.
WED 8 Aug
Vientiane - Bangkok
Explored the city, take a night bus to Bangkok.
THU 9 Aug
Bangkok - Siem Reap
Arrived in Bangkok in the morning, directly went to the bus counter and book a roundtrip bus to and from Siem Reap. Departed to SR that day, arrived in SR in the evening. Took evening walk to the night market, slept at SR.
FRI 10 Aug
Siem Reap
Exploring Angkor Wat with the 1 day pass.
SAT 11 Aug
Siem Reap - Bangkok
Leaving SR in the morning, arrived at Bangkok by midday, explored the backpacker area.
SUN 12 Aug
Bangkok - Phuket
Exploring Bangkok, went to Caktucak (JJ Market / weekend market) - a must do! Visit some temples. Booked a bus directly to Phi-Phi, continued via Phuket by night bus (12 hrs)
MON 13 Aug
Ko Phi Phi
Arrived in the morning in Phi-Phi Island, seek for accommodation, explored the island, booked for an evening party in a private beach.
TUE 14 Aug
Ko Phi Phi
Took a half-day snorkeling trip & hanging around the island.
WED 15 Aug
Ko Phi Phi - Phuket
Went back to Phuket, took a bus heading to the airport, stopped by the beach 2 km away from the airport. Continued walking to the airport and spent the night sleeping at the airport.
THU 16 Aug
Phuket – Bali
Morning flight to Bali. End of the trip!